Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim sedunia, termasuk umat muslim di belahan Eropa. Prancis merupakan salah satu negara di Eropa barat dengan populasi muslim terbesar di benua tersebut, dimana terdapat sekitar 4 juta muslim di negara ini yang merupakan agama terbesar kedua di sini. Bulan Ramadhan pada tahun 2013 ini jatuh pada musim panas bulan Juli sampai awal bulan Agustus dengan waktu Subuh sekitar jam 4 pagi dan waktu Maghrib sekitar jam 10 malam waktu Eropa Tengah/ Central European Time (CET) di daerah GMT +2 (Daylight Saving Time) yang memiliki total waktu puasa selama 18 jam. Suhu normal selama siang hari adalah sekitar 25-30 Derajat dan suhu normal selama malam hari adalah 18-23 derajat.
Berbeda dengan di negara yang memiliki mayoritas muslim, di negara minoritas ini, suasana umum saat Ramadhan berlangsung tidak berbeda jauh dengan hari biasa dikarenakan sebagian besar penduduk di Prancis tidak melaksanakan puasa dan tidak memiliki tradisi budaya di bulan Ramadhan seperti di negeri dengan mayoritas muslim. Adzan pun tidak terdengar dari kejauhan dan hanya dapat didengar apabila kita berada di dalam masjid. Hal ini menyebabkan ketergantungan kita pada kalender dan aplikasi di handphone/computer dan juga jadwal.
Sholat yang dikeluarkan oleh Masjid-masjid besar di Prancis untuk mengetahui waktu sholat, demikian juga untuk mengetahui waktu Imsak dan juga waktu berbuka puasa (Iftar). Untuk mengatasi hal-hal di atas, banyak pelajar dan pekerja Indonesia yang memanfaatkan liburan dan juga cuti mereka untuk pulang ke Indonesia selama musim panas yang saat ini bertepatan dengan bulan Ramadhan. Namun, bagi yang berhalangan dan tidak dapat pulang ke tanah air dan kampung halaman, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.
Kesulitan dan tantangan yang dihadapi selama berpuasa di sini adalah suhu yang cukup panas, durasi puasa yang cukup panjang dan banyaknya toko-toko dan restoran yang tutup menjelang waktu Maghrib sehingga banyak teman-teman pelajar yang mengakali hal ini dengan membeli dan juga mempersiapkan makanan sebelum sampai di rumah atau beberapa lama sebelum waktu berbuka tidur setelah sholat Ashar dan bangun beberapa saat sebelum waktu berbuka. Hal ini juga dilakukan untuk mengatasi kurangnya waktu tidur dikarenakan waktu sholat Isya pada sekitar jam 12 malam dan hal ini cukup dekat dengan waktu Sahur yang hanya berbeda 2-3 jam saja, walau hal ini bisa berbeda pada saat penghujung minggu/weekend dimana waktu istirahat bisa lebih fleksibel dan ada kegiatan-kegiatan hiburan dan olahraga yang biasa dilakukan meskipun pengaturan jadwal dan durasinya disesuaikan dengan kemampuan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk melaksanakan sholat Tarawih di masjid, dimana hal ini hanya bisa dilakukan dipenghujung minggu dikarenakan kita harus sekaligus menginap dan sahur di masjid tersebut, khususnya bagi yang masih kuliah dan magang. Sebagian masjid menyediakan makanan berbuka dan juga sahur dimana hal ini menjadi pengalaman tersendiri berbuka bersama muslim dari seluruh dunia dengan menu berbuka yang berbeda dari ciri khas di Indonesia dan biasanya disajikan dengan ala timur tengah. Makanan khas Arab yang paling terkenal di negara ini adalah Kebab, yang mayoritas dijual dengan label Halal dengan harga rata-rata sekitar 5 Euro per porsi.
Adakalanya lidah dan pikiran kita menjadi sangat rindu dengan suasana dan citarasa di tanah air. Untuk itu, banyak teman-teman pelajar yang melakukan acara buka puasa bersama dimana masing-masing berkontribusi dengan membawa makanan dan minuman sendiri atau dengan membeli bahan makanan di toko Asia, khususnya di toko Cina dan India yang memiliki bahan baku dan bumbu-bumbu yang cukup sama dengan Indonesia atau bahkan ada beberapa produk Indonesia yang dijual di toko-toko tersebut dan memasak bersama-sama di apartemen yang telah ditentukan untuk menjadi tuan rumah. Banyak toko-toko, termasuk supermarket besar yang menjual daging Halal adalah dikarenakan banyaknya penduduk muslim di sini dan hal ini sangat membantu untuk variasi masakan yang bisa dibuat. Menu-menu yang biasa dihadirkan adalah kurma, nasi (tentunya), kari, gulai ayam, mie goreng, soto ayam/sapi, dan lain-lain.
Obrolan saat makan dan sholat Maghrib berjamaah sedikit banyak dapat mengobati rasa kerinduan akan tanah air, selain juga Paket internet plus telepon yang cukup terjangkau di Prancis dan bisa sepuasnya apabila menelepon ke nomor telepon rumah atau Handphone jenis CDMA yang sering dimanfaatkan secara maksimal oleh teman-teman di sini untuk menghubungi keluarga dan kerabat mereka, walau perbedaan zona waktu sekitar 5 jam dengan waktu Indonesia Barat (WIB) juga memberikan sedikit kesulitan dalam penyesuaian jadwal untuk menelepon.
Suasana Idul Fitri/lebaran di Prancis tidak begitu terlihat, khususnya pada hari kerja karena hari raya ini tidak menjadi hari libur nasional. Akhirnya, banyak muslim yang harus ijin kerja atau sekolah dipagi hari untuk melaksanakan sholat Eid dan langsung kembali ke kantor atau universitas setelah selesai melaksanakan sholat dan bersilaturahmi. Banyak warga Indonesia yang melaksanakan ibadah ini di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris sekaligus untuk berkumpul dengan warga Indonesia lainnya dan bersama-sama menyantap hidangan khas Indonesia yang disediakan oleh pihak kedutaan. Ceramah yang diberikan pun, berbahasa Indonesia sehingga memudahkan bagi pelajar yang tidak begitu ahli dibahasa Prancis karena program kuliahnya menggunakan bahasa inggris. Selain warga Indonesia, ibadah dan acara ini juga dihadiri oleh warga muslim dari negara-negara lainnya, khususnya dari Asia tenggara sebagaimana biasanya pada saat sholat Jumat di KBRI dikarenakan ruangan di kedutaan yang cukup besar dan keterbukaan terhadap warga negara lainnya.
Keunikan dan perbedaan yang didapat dari melaksanakan aktivitas berpuasa dan beribadah di negeri Napoleon ini menjadi pengalaman tersendiri bagi para perantau. Hal ini juga menjadikan kami untuk lebih bersyukur atas segala kenikmatan dan kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT di tanah air, yaitu iklim yang stabil, cita rasa makanan yang nikmat, rasa kekeluargaan antar sesama Indonesia serta banyaknya tempat ibadah dan sarana untuk belajar agama.
Oleh : Muhammad Dhafi Iskandar
0 komentar:
Posting Komentar